Idul Adha 1439 H, Napak Tilas Atas Syari’at Haji dan Qurban

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أكبر 9×… لا إله إلا الله والله أكبر… الله أكبر ولله الحمد…

الله أكبر كبيرا… والحمد لله كثيرا… وسبحان الله بكرة وأصيلا… لا إله إلا الله وحده… صدق وعده… ونصر عبده… وأعز جنده… وهزم الأحزاب وحده… لا إله إلا الله والله أكبر… الله أكبر ولله الحمد…

الله أكبر كلما هلّل مؤمنٌ وكبَّرَ… الله أكبر كَماَ صَلَّى مُسلمٌ وَنَحَرَ… الْحَمْدُ للهِ الذي شرَعَ الجنةَ تحتَهاَ الأنهاَر… لمَنْ ضَحَّى الذَّبِيْحَةَ وَنَحَرَ… أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وحدهُ لاشريك لهُ العزيز الجبار… وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المبعوثُ إِلَى سَائِرِ الأَجْياَلِ… اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ المَحْشَرِ…

أَما بَعْدُ… عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى ((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُم أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا))

الله أكبر… الله أكبر… ولله الحمد…

Hadirin, jama’ah sholat Idul Adha rahimakumullah!

Panggilan Allah telah disambut, kalimat talbiyah terus bergema, takbir tahmid dan tahlil tak henti dikumandangkan untuk memuji kesucian dan ketinggian-Nya. Segala puji hanya layak kita panjatkan untuk-Nya, zat yang menguasai kerajaan langit dan bumi. Dialah Allah yang hanya kepada-Nya segala ketinggian cinta dan pengorbanan kita persembahkan.

Hari ini milyaran umat Islam di seluruh dunia merayakan hari yang agung, hari raya Idul Adha 1439 H. Di saat yang sama pula lebih dari 2 juta umat Islam dari segala penjuru dunia berkumpul di Makkah mukarramah untuk memuji kebesarannya dalam rangka menunaikan suatu kewajiban sebagaimana yang difirmankan Allah SWT:

وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلاَ  [آل عمران : 97]

Artinya: “Dan Allah mewajibkan atas manusia haji ke Baitullah bagi orang yang mampu mengerjakannya”. (Ali ‘Imran: 97)

Suara tangis haru dan ta’zhim ketika menatap ka’bah turut menghiasi kalimat-kalimat talbiyah para jamaah haji. Bagi kita yang belum merasakan suasana haji di tanah suci-pun seolah tak kuat membendung air mata dan ingin rasanya segera menyentuh ka’bah serta ingin segera merasakan betapa indahnya getar iman kerinduan ketika berada di raudhah, makam nabi kita nabiyyullah Muhammad SAW. Kalimat talbiyah itupun seakan-akan terdengar sampai di tempat ini dan terus menggugah spirit keimanan kita untuk ikut merengkuh mabrur di tanah suci Makkah.

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ

الله أكبر… الله أكبر… ولله الحمد…

Jama’ah Idul Adha rahimakumullah,

Idul Adha hari ini kembali menjadi momentum bagi setiap pribadi muslim untuk kembali melakukan napak tilas atas syari’at haji dan qurban yang telah diwariskan oleh Nabi Ibrahim as bersama putranya nabi Isma’il as.

Tepatlah kiranya di kala umat Islam sedang mengalami berbagai problematika kekinian, maka patutlah kita melakukan napak tilas maknawiyah dan mengimplentasikan dalam kehidupan kita dua pesan moral yang terkandung di balik pelaksanaan ibadah haji. Pesan pertama:

  1. Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam)

Kaum muslimin yang menunaikan ibadah haji di tanah suci diwajibkan mengenakan pakaian ihram tanpa jahitan. Nuansa putih yang mendominasi pemandangan Mekkah menjadi fenomena yang khas dalam ritual ibadah haji. Makanya di miqat, di tempat di mana ritual ibadah haji dimulai, perbedaan dan pembedaan harus ditanggalkan. Semua harus memakai pakaian yang sama.

Pengaruh-pengaruh psikologis dari pakaian harus ditanggalkan, hingga semua merasa dalam satu kesatuan dan persamaan. Tak ada lagi perbedaan dari sisi penampilan antara pejabat dan rakyat, antara raja dan jelata, antara si kaya dan miskin, bahkan pakaian partai, pakaian golongan, pakaian organisasi. Semuanya terlihat setara dengan pakaian yang tidak lagi menjadi simbol status sosial.

Raja yang biasa mengenakan mahkotanya, harus menanggalkannya. Pejabat yang selalu berdasi, tak lagi dapat mengenakannya. Si kaya yang biasanya mengenakan pakaian yang mahal, tak dapat lagi memakainya dengan bangga.

Khususnya di negara kita musim-musim ini, begitu sulit untuk menghindarkan diri dari perbedaan dan perdebatan sosial. Terlebih ini adalah masa-masa pemilu dan pemilihan pemimpin baru. Akan terasa lebih susah untuk menghindari perpecahan akibat nuansa politik. Perbedaan paham yang kerap terjadi di kalangan umat Islam telah menjadi sebuah keniscayaan yang menjadi penyebab utamanya.

Hal tersebut telah lama dikabarkan oleh Rasulullah, namun perbedaan itu tidak boleh menghancurkan sendi-sendi persaudaraan kita sebagai sesama muslim. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang harus disikapi secara bijak berdasarkan petunjuk Alquran, sunnah nabi, dan nasihat para ulama.

Allah SWT berfirman dalam QS. Huud ayat 118-119:

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ ٱلنَّاسَ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَۚ إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَ

Artinya: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu”.

Mereka yang tetap menjaga sikapnya sebagai seorang muslim dalam menghadapi keniscayaan perbedaan di antara umat Islam, merekalah yang berhak meraih rahmat atau kasih sayang Allah seperti yang terkandung dalam ayat tersebut.

Namun sebaliknya mereka yang menjadi pemicu percerai-beraian karena sikap sentimen yang tidak terkendali hingga saling menyesatkan bahkan mengkafirkan, mereka inilah yang menjadi sumber masalah di tengah umat Islam. Kita tidak boleh terjebak dalam sikap dan tindakan untuk mencari kemenangan, tapi justru menemukan dan menguatkan perkara yang mendekati kebenaran, karena kebenaran mutlak hanya milik Allah SWT.

Kita tidak boleh pula terseret oleh arus perpecahan, tetapi justru harus menguatkan persaudaraan dengan menghargai pendapat yang berbeda serta menghormati dan mencintai saudara kita yang tidak sependapat khususnya dalam wilayah khilafiyah fiqhiyah ataupun khilafiyah siyasiyyah yang semuanya bersifat ijtihadiyah.

الله أكبر… الله أكبر… ولله الحمد…

Hadirin, Jama’ah Idul Adha rahimakumullah, kemudian yang kedua adalah:

  1. Mujahadah bisy- Syari’ah (Kesungguhan dalam Bersyariat)

Pelaksanaan ibadah haji diawali dengan ihram dan diakhiri dengan melakukan tahallul. Hal tersebut membawa pesan penting dalam kehidupan kita, yaitu bahwa seorang muslim harus senantiasa berkomitmen sungguh-sungguh dalam batasan-batasan syar’i. khususnya pada perkara al-halal wal haram. Oleh karenanya pengetahuan tentang ilmu syariah menjadi perkara yang wajib dimiliki oleh setiap muslim.

Tidak dibenarkan bagi setiap muslim hidup tanpa batas dengan mengabaikan pokok dan prinsip hukum syariah. Sama halnya dengan seorang yang beribadah haji ketika dia sedang ihram, maka tidak dibenarkan untuk melakukan hal-hal yang dilarang. Bahkan perkara yang mubah pun menjadi larangan yang tidak boleh dilanggar, seperti mengenakan penutup kepala bagi laki-laki dan mengenakan cadar bagi perempuan.

Itulah konsekuensi dari pakaian ihram yang dikenakan. Demikian pula seorang muslim harus tunduk dan patuh terhadap setiap perkara yang diharamkan dan hanya beramal dengan apa yang dihalalkan Allah dalam kehidupan ini.

Kesadaran tentang pentingnya kesungguhan dalam bersyariat harus terus kita bangun. Pembinaan umat harus terus digalakkan dalam masalah-masalah fiqih. Kita galakkan revitalisasi gerakan hidup halal untuk masyarakat berkah.

الله أكبر… الله أكبر… ولله الحمد…

Hadirin, Jama’ah Idul Adha rahimakumullah,

Begitulah gambaran prosesi ibadah haji yang begitu sarat dengan aktivitas yang dinamis sambil memperbanyak dzikir kepada Allah. Semua ritual dalam ibadah haji kalau dikaji akan penuh dengan hikmah, dan 3 poin di atas hanyalah sebagian kecil dari hikmah yang saat ini dapat kita renungkan.

Begitu pula dalam ibadah qurban yang syari’atnya mengikuti kisah penyembelihan nabi Isma’il as oleh ayahandanya yaitu nabi Ibrahim as. Hikmah dari disyari’atkannya qurban tentu tidak kalah banyaknya. Ada 1 (satu) hikmah besar dari syariat tersebut, yaitu BARANG SIAPA YANG BERKORBAN DENGAN PENGORBANAN BESAR DI JALAN ALLAH DAN TIDAK BERHARAP KECUALI CINTA DAN RIDHO-NYA, MAKA AKAN MENDAPATKAN BALASAN YANG LEBIH BESAR DARI YANG SEKEDAR IA KORBANKAN.

Allah SWT berfirman,

إنَّ هذاَ لَهُوَ البَلاَءُ المُبِيْنُ [الصفات : 106]

Artinya: “Sesungguhnya yang demikian ini benar-benar suatu ujian yang nyata” [QS. Ash-Shafat: 106]

As-Sa’di mengatakan bahwa sesungguhnya ini adalah ujian yang nyata, yang menjelaskan kesucian hati nabi Ibrahim as, kesempurnaan cintanya kepada Tuhannya dan Kekasihnya. Hal itu terjadi ketika Allah SWT telah mengaruniakannya seorang anak yang bernama Ismail as, maka ia mencintai puteranya teramat sangat. Padahal ia adalah khaliilurrahmaan (kekasih Allah).

Khalilurrahman adalah suatu kedudukan yang menuntut tidak adanya yang dicintai selain-Nya dan mendatangkan konsekuensi bahwa seluruh bagian yang ada di hatinya hanya bergantung kepada yang dicintai, yaitu Allah swt.

Maka, ketika sebagian dari hati Ibrahim AS tertambat kepada puteranya, nabi Ismail as, maka Allah swt ingin mensucikan hati Ibrahim as dan menguji cintanya. Oleh karena itu, Allah swt memerintahkannya untuk menyembelih orang yang telah dicintainya dan yang telah menyibukkan hatinya dari mencintai Allah swt.

Maka, ketika nabi Ibrahim as sudah mulai mengorbankan cintanya dan mengalahkan hawa nafsunya berupa cintanya kepada puteranya tersebut dan hilang kesibukan hatinya dari mencintai selain Allah, maka penyembelihan puteranya tidak lagi memberikan manfaat.

Oleh karena itu, Allah swt menebusnya dengan suatu tebusan yang baik berupa binatang sembelihan yang besar sebagaimana firman-Nya,

وَفَدَيْناَهُ بذِبْحٍ عَظِيْمٍ [الصفات : 107]

Artinya: “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”. [QS. Ash-Shafat : 107]

الله أكبر… الله أكبر… ولله الحمد…

Hadirin, Jama’ah Idul Adha rahimakumullah!

Begitu pula kaum muslimin, ada 2 (dua) pengorbanan:

  1. Memprioritaskan “untuk Allah” dari pada keluarga dan dunia.

Allah swt berfirman:

ياَ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إنَّ مِنْ أَزْواَجِكُمْ وَأَوْلاَدِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْ [التغابون : 14]

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya dari sebagian istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.”[At-Taghabun : 14]

Maka jika seorang muslim mengikuti jalan Nabiullah Ibrahim as dengan lebih memprioritaskan hatinya untuk Allah swt, lebih mendahulukan perintah Allah swt meskipun berat bagi istri dan anak-anaknya yang merupakan tempat berlabuhnya cinta dan hati, lebih mendahulukan untuk berburu pahala akhirat dari pada hanya sekedar keuntungan dunia yang bersifat fana, Allah swt akan senantiasa menganugerahkan cinta-Nya yang besar kepadanya.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda bahwa sesungguhnya Allah swt berfirman:

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ [رواه البخاري]

Artinya: “Siapa yang memusuhi waliku maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai kecuali dengan beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar yang fardhu), maka Aku akan mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaKu niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi.” [HR. Bukhori]

Hadirin, kaum muslimin yang dirahmati Allah… Cinta siapa lagi yang lebih besar yang kita harapkan lebih dari cinta ini? Tentu tidak ada. Oleh karena itu, Allah swt berfirman kepada Nabi Muhammad saw dalam surat an-nahl ayat 123:

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Artinya “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim secara murni dan dia bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik.

  1. Kemudian pengorbanan yang kedua adalah dengan berkurban, sebagaimana firman Allah swt:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ [الكوثر : 2]

Artinya: “Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah” [al kautsar : 2]

Dan inilah yang dilakukan oleh Nabiullah Ibrahim as yang berusaha mendekat kepada-Nya dengan mengorbankan putera kesayangannya.

الله أكبر… الله أكبر… ولله الحمد…

Hadirin, Jama’ah Idul Adha rahimakumullah!

Langkah terpenting dari sebuah gerak perubahan dan kebangkitan adalah memulai dari diri sendiri, kemudian keluarga, dan masyarakat. Kemudian, menyadari persoalan pokok umat saat ini yaitu kejahiliahan yang melanda umat Islam dan marodhunnafs yakni aspek mentalitas kaum muslimin yang mengalami pelemahan potensi seperti melemahnya keberanian, melemahnya komitmen terhadap Islam, dan melemahnya ketaatan terhadap Allah.

Maka sudah sepatutnya setiap kita harus memiliki peran dan bergerak aktif di semua lini kehidupan, baik itu di lini pemerintahan, lembaga legislatif, ormas dan yayasan, maupun lembaga-lembaga pendidikan untuk melakukan perbaikan umat menuju transformasi peradaban yang menjadi cita-cita kita bersama.

Masih banyak anggota keluarga muslim yang buta terhadap ajaran agamanya sendiri, banyak pula kaum muslimin yang terperangkap dalam kubangan gaya hidup hedonis dan sekuler hingga membuat gerak kebangkitan ini terus mengalami pelambatan. Tak ada cara selain terus memacu gerak kebangkitan kita agar terus melaju tanpa henti.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ

Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu…” (At-Taubah: 105)

Jama’ah ‘ied rahimakumullaah,

Akankah kita siap mengorbankan keakuan dan sikap ashabiyyah (sentimen kelompok) kita demi terwujudnya ukhuwah Islamiyah hingga sampai pada derajat itsar yakni mendahulukan saudara kita di atas segala kepentingan pribadi dan kelompok atau jamaah kita?

Akankah juga kita siap mengorbankan syahwat hewaniyah kita demi sebuah ketaatan yang tanpa syarat terhadap segala perintah dan larangan Allah SWT kemudian mempertegas kembali pemahaman dan sikap kita terhadap perkara halal dan haram?

Akankah juga kita siap berkorban untuk meninggalkan zona kenyamanan kita selama ini kemudian bergerak menuju pada sebuah sikap kepedulian terhadap urusan agama ini, mengorbankan sebagian waktu kita untuk berfikir dan bekerja demi kembalinya izzatul Islam wal muslimin?

Jika kita siap, maka itulah qurban yang juga bernilai tinggi di sisi Allah SWT. Allahu akbar walillaahil hamd!

Semoga Allah tidak hanya memudahkan jalan kita untuk menunaikan syariat haji ke tanah suci Makkah, namun sekaligus menuntun kita dengan taufiq-Nya agar dapat merekonstruksi hikmah qurban dan nilai-nilai ibadah haji dalam kehidupan kita.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ في القُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَإِياَكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأَيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ.

 

 

— الخطبة الثانية —

اَللهُ أَكْبَرُ 7× لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ واَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ مَنَّ عَلَيْنَا بِهَذِهِ الصَّبِيْحَةِ الْمُبَارَكَةِ اللاَّمِعَةِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ذِي اْلأَنْوَارِ السَّاطِعَةِ، وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ الطَّاهِرِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ:

فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ تَكُوْنُوْا عِنْدَهُ مِنَ الْمُفْلِحِيْنَ الْفَائِزِيْنَ، عَبَادَ اللهِ، أَلاَ فَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلىَ خَاتَمِ النَّبِيّيْنَ وَإِمَامِ الْمُتَّقِيْنَ، فَقَدْ أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ الرَّبُّ الْكَرِيْمُ، فَقَالَ سُبْحَانَهُ قَوْلاً كَرِيْمًا: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا…

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ عَلا بِهِمْ مَنَارُ اْلإِيْمَانِ وَارْتَفَعَ، وَشَيَّدَ اللهُ بِهِمْ مِنْ قَوَاعِدِ الدِّيْنِ الحَنِيفِ مَا شَرَعَ، وَأَخْمَدَ بِهِمْ كَلِمَةَ مَنْ حَادَ عَنِ الْحَقِّ وَمَالَ إِلَى الْبِدَعِ.

اَللَّهُمَّ وَارْضَ عَنِ خُلَفَائِهِ اْلأَرْبَعَةِ سَادَاتِنَا أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ رَسُوْلِكَ أجَمْعَيْنَ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، ياَقَاضِيَ الحَاجاَتِ وَغاَفِرَ الذُّنُوْبِ والخَطِيْئاَتِ

اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ ما َتَخَوَّفَنَا.

اللَّهُمَّ أَغِثْنَا ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا ، اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لنَا الضَّرْعَ وَاسْقِنَا منْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ وَأَنْبِتْ لنَا منْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ ،

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا المَعْهَدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ،

اللَّهُمَّ ارْحَمْ شُيُوْخَ مَعْهَدِناَ وإخوانَهُمْ أَسَاتِيْذَ هَذاَ المَعْهَدِ وَأُسْتاَذاَتِهِ، اللَّهُمَّ أَنْزِلْهُم مُنْزَلاً مُبَارَكًا، وأَفِضْ عَلَيْهِم مِنْ رَحَمَاتِكَ وَبَرَكَاتِكَ، وَاجْعَلْ مَا قَدَّموا فِي مِيزَانِ حَسَنَاتِهِم يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ،

اللَّهُمَّ وَفِّقْ مُدِيْرَ مَعْهَدِناَ وَنُوَّابَهُ إِلَى مَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْهُمْ فيِ تَنْظِيْمِ هذاَ المَعْهَدِ وَتَرْبِيَةِ طُلاَّبِهِمْ،

اللَّهُمَّ اجْعَلْ بَلَدَنَا هَذَا آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ، وَوَفِّقْنَا جَمِيعًا لِلسَّيْرِ عَلَى مَا يُحَقِّقُ الْخَيْرَ وَالرِّفْعَةَ لِهَذِهِ الْبِلاَدِ وَأَهْلِهَا أَجْمَعِينَ،

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ صَلاَتَنَا وَقِيَامَنَا، وَاجْعَلْ جَمِيعَ أَعْمَالِنَا خَالِصَةً لِوَجْهِكَ الْكَرِيمِ.

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار…

عِبَادَ اللهِ إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإيِْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ على نعمه يَزِدْكُمْ واسْتَغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ واتّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجاً. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ…

 

Album Sholat Idul Adha