Barang siapa yang menginginkan (keuntungan) DUNIA maka raihlah dengan ILMU, barang siapa yang menginginkan (kebahagiaan) AKHIRAT raihlah pula dengan ILMU, dan barang siapa yang menginginkan keduanya raihlah keduanya dengan ILMU.
Ilmu itu teorinya dan Pendidikan itu prakteknya
Sejarah KMI
KMI lahir di Pondok Modern Gontor pada tanggal 19 Desember 1936
Dimulai pengajarannya di PM. Al-Barokah pada tanggal 3 Agustus 1993
Diresmikan pada bulan 11 Desember 1994
Alumni perdana pada tahun 1998 dengan jumlah 14 anak
Pada tahun 1999, jumlah santrinya mencapai lebih dari 350 anak
Disetarakan dengan SMU pada tahun 2002, dengan SK Mendiknas nomor: 096/O/2002
Mulai menerima siswi (banat) pada tahun 2011
Alumni banat perdana pada tahun 2017
Pada tahun 2016 kembali menjadi KMI murni
Setingkat Tidak Berarti Sama
Disetarakan dengan SMU tidak berarti sama dengan SMU
Disetarakan dengan MA tidak berarti sama dengan MA
Apanya yang sama? Dan apanya yang berbeda?
Sama-sama ada pelajaran umum dan pelajaran agamanya
Bahkan dengan MA juga sama-sama ada pelajaran Bhs. Arab
Tapi alokasi waktunya berbeda.
Cara mengajarnya juga berbeda.
Cara mendidiknya juga berbeda
Tujuan pengajarannya juga berbeda.
Akhirnya hasil outputnya juga berbeda.
Mentalitas anak-anaknya pun berbeda.
Maka, Meskisama, tapijelasberbedadanlebihbaik
Cara Belajar di KMI ???
Pelajaran Bahasa Arab mendapat porsi lebih banyak, bahkan lebih banyak dari pada di MTs ataupun MA
Mulai kelas 2, semua pelajaran yang menggunakan Bahasa Arab atau Inggris harus disampaikan dengan Bahasa pengantarnya masing-masing
Semua siswa/siswi KMI mendapatkan kunci untuk mempelajari khazanah keilmuan yang sangat luas, dan kunci untuk bisa mengarungi dunia
Dalam hal ilmu agama, semua madzhab dalam hal aqidah dan fiqih diperkenalkan, agar seluruh siswa/siswi memiliki pemikiran yang luas dan terbuka
Pelajaran-pelajaran di KMI, pelajaran agamanya 100% dan pelajaran umumnya 100%
Kitab-Kitab di KMI
Kitab-kitab yang menjadi buku panduan pelajaran di KMI tidak dapat dijadikan acuan kualitas pelajaran di dalamnya.
Karena pondok tidak memberikan nasi yang sudah masak, tapi benih-benih padi untuk dijadikan beras dan dibuat nasi sesuai selera dengan tidak habis-habisnya.
CONTOH:
di kelas 1, Kitab-kitabnya masih pakai Bahasa Indonesia. Kelas 2, Fiqhnya pakai kitab Fiqh Wadhih, Nahwunya juga Nahwu Wadhih. Dst….
Kok g ada kitab kuning? Kok g ada fathul qarib, fathul mu’in, I’anah tholibin? Kok g ada jurumiyah, imrithy, alfiyah? Dll…