Makna Keikhlasan

Apakah makna keikhlasan dalam pandangan ustadz?

Akar kata dari ikhlas itu adalah akhlasho-yukhlishu-ikhlaashon yang berarti bersih, suci, murni, tidak tercampur apapun. Menurut istilahnya, ikhlas berarti menghadirkan niat hanya karena Allah SWT dengan sungguh-sungguh dalam fikiran maupun tindakan dan selalu mengharapkan ridho dari Allah SWT.
Sebagai contoh:

“Saya bekerja keras untuk kemajuan pondok ini karena Allah SWT semata.”

Ikhlas yang dimaksud disini adalah ikhlas yang produktif dengan aktifitas kehidupan kita dan motivasi yang sungguh-sungguh, dengan berfikir keras, kerja keras, bersabar keras, berdoa keras dan cerdas. Inilah yang kita sebut dengan ikhlas progresif dan dinamis yang melahirkan karya-karya yang berguna dan bermanfaat bagi agama dan masyarakat.

 

Banyak orang memaknai keikhlasan adalah tentang merelakan tanpa mengungkit atau menyesali hal yang sudah terjadi. Apakah hal ini tepat?

Tepat sekali ungkapan bahwa ikhlas itu seperti gambarannya kita yang sedang BAB (buang air besar). Coba masuk wc, pasti sendirian, tidak ada yang tahu. Bahkan orang lain diajak tidak akan mau. Ketika kotoran itu kita keluarkan, maka tidak baik jika kita pandang, kita sayang-sayang. Pasti langsung disiram bersih tak berbekas, tak ada lagi baunya, ikhlas semua terbuang dan kita lupakan. Pernahkah kita hitung berapa kilo atau ton kotoran yang sudah kita buang?

 

Banyak orang mudah menuduh seseorang tidak ikhlas, hanya berdasar pandangan dzahir saja. Tepatkah itu dalam Islam?

 

Energi dan pancaran keikhlasan.

Orang yang ikhlas dalam beramal dan berjuang, maka keikhlasannya akan terpancar pada jiwa dan raganya sehingga semua aktifitas kehidupannya memancarkan energi keikhlasan, terpantulkan energi positif pada diri orang tersebut dan lingkungannya. Maka orang yang ikhlas tidak akan bisa melepaskan diri dari hubungannya dengan Allah. Hatinya selalu terikat kepada-Nya.

Pribadinya selalu bersemangat, tidak mudah goyah, apalagi hanya dikritisi orang lain. Orang yang ikhlas pasti penyabar dan selalu optimis. Ini yang secara dzohir dapat dilihat oleh orang lain! Karena terikat kepada Allah, orang yang ikhlas, aktif, produktif, dinamis, akan selalu mempertautkan seluruh aktifitas kehidupannya dengan ikatan Allah SWT dimanapun, kapanpun, dalam keadaan apapun. Dalam dirinya ada keyakinan yang teguh bahwa Allah tempat bersandar dan bergantung, Dialah penolongnya.

 

Sebagai muslim yang beriman, pasti kita ingin memiliki sifat ikhlas . Adakah cara khusus untuk meraih keikhlasan?

Sebagai santri yang beriman, agar memiliki sifat ikhlas itu hendaknya selalu diarahkan, diterangkan makna keikhlasan secara terus menerus. Harus terus dilatih, diarahkan, dicontohkan atau mencontoh orang-orang salih, orang-orang yang memiliki kepribadian istimewa, banyak membaca sirah nabawiyah, mengenal lebih dalam para sahabat Rasulullah SAW yg sangat mulia dan ikhlas berjuang bersama beliau. Lalu dalam tahapan praktisnya, para santri harus terus belajar berkorban dengan dilandasi keikhlasan yang mendalam, bekerja keras mencurahkan seluruh kemampuan untuk melahirkan karya-karya yang baik dan berguna.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“(Dialah) yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji kamu sekalian siapa yang paling baik amalnya. Dan Dialah sang maha mulia dan maha pengampun. (Al Mulk: 2)

Apa harapan ustadz untuk santri-santri Al-Barokah saat ini?

Harapan: Jadilah santri yang ikhlas dan sabar! Karena Allah pasti memberi pahala atas amal dan kesabaran kita! Sabarlah dalam menjalankan perintah Allah. Kesabaran ini penting, karena jika tidak, semua akan terasa berat dan pada akhirnya menghadirkan kemalasan. Sedangkan malas itu sifat orang munafik!

Sabarlah dalam menjauhi dan dosa.

Dan berusahalah terus untuk menjadi orang yang berharga